Selama 75 tahun sejak kemerdekaan, Indonesia telah berdiri sebagai bangsa yang merdeka. Namun, kesejahteraan dan kemakmuran rakyat tidak sejalan dengan usia negara. Meski fondasi negara sudah jelas tertuang dalam UUD 1945 dan Pancasila, praktik demokrasi kini semakin jauh dari cita-cita ideal.

Karakter bangsa yang dijunjung tinggi oleh para pendiri negara—yakni integritas dan kepedulian terhadap kepentingan bersama—tampak kian memudar. Nilai-nilai luhur itu tergerus oleh egoisme para pejabat yang lebih mementingkan diri sendiri daripada kepentingan rakyat.

Pada masa pemerintahan Gus Dur, kebebasan berpendapat mendapat ruang ketika Kementerian Penerangan dihapus, dengan tujuan agar media dan masyarakat dapat menyuarakan kritik tanpa takut represi hukum. Sayangnya, kini kebebasan itu terancam oleh aturan yang cenderung mengekang, seperti UU ITE, yang sering digunakan untuk membungkam suara rakyat.

Peraturan yang dibuat tampak hanya menjadi tameng bagi penguasa yang mengabaikan aspirasi publik. Di era ini, perbedaan antara penguasa dan pengusaha kian kabur, dengan kepentingan bisnis yang sering kali mendominasi kebijakan negara.

Rasa frustrasi memuncak saat ketidakadilan semakin terlihat nyata, seolah rakyat berada dalam perbudakan modern yang terselubung dalam bingkai hukum. Meskipun penguasa dan pengusaha bersuka cita, rakyat tetap cerdas dan tidak tinggal diam menghadapi situasi ini.

wildan mubaarak Rabu, Oktober 07, 2020
Read more ...

 

Sore itu mendung menghiasi langit-langit yang pada awalnya terang benderang

Gemercik suara air jatuh mulai terdengar riuh menyerang

Atap-atap rumah yang rata-rata terbuat dari seng

Entah, aku saja atau banyak orang

Merasakan gemercik air adalah sebuah kesedihan

Jatuh tak terarah, dibawa kesana kemari oleh angin.

 

Saat-saat itulah suasana hati mulai terasa suram

Pikiran mengajak kita kembali untuk mengingat masa-masa silam

Tak sedikit orang meneteskan air mata teringat masa kelam

Hujan menggambarkan renungan diri berbalut air yang jatuh menyelam.

 

Kadang juga hujan membawa kita kembali pada masa bahagia

Dimana kala itu kita merasakan puncaknya bahagia

Tak terkira

Melebihi apapun yang ada di dunia.

 

wildan mubaarak Selasa, September 01, 2020
Read more ...

      Aku hidup dan tinggal di Negara yang mayoritas rakyatnya sopan dan santun terhadap sesama terutama rakyat di Negaraku. Namun, akhir-akhir ini Negeriku sedang kacau, pemerintah di Negaraku lah penyebab utamanya. Mereka yang duduk di atas sana bisa dibilang tidak tahu diri atas jabatan yang mereka emban, rakyat Negeriku sudah memilih mereka dengan kesukarelaan dan kepercayaan mereka. Apa yang mereka dapat? Tidak lebih hanya janji manis kampanye yang terbawa arus terombang-ambing di laut.

     Inilah penyebab malangnya Negeri yang semestinya makmur karena sumber dayanya melimpah ruah, di balik melimpah ruahnya sumber daya ada pihak-pihak yang ingin menang sendiri atau bahasanya ibraninya ingin memperkaya diri dengan mengesampingkan janji mereka.

    Dari segala aspek Negaraku bobrok dibuatnya, apalagi dari aspek hukum. Analoginya hukum rimba mereka yang kuat yang bertahan, kuat di deskripsikan dengan berapa banyak uang yang mereka punya. 

“ Yang kaya semakin kaya, yang miskin semakin miskin “
     Kata-kata itu sangat menggambarkan Negeriku. Aku saja ingin resign dari Negara yang ku tinggali ini.

     Baru-baru ini aku membaca berita yang sangat menjengkelkan sekali yang mana seorang korban di siram dengan air keras, menjengkelkannya tersangka yang seharusnya dihukum berat malah sebaliknya dengan dalih bahwa tersangka tidak sengaja menyiram air keras tersebut. Fakta lapangan bertolakbelakang dengan yang ada di pengadilan, fakta yang terungkap dari laporan korban bahwa tersangka membuntuti korban beberapa hati (kalo tidak salah 3 hari) dan diikuti saat ingin solat subuh berjmaah di masjid hingga di siram air keras saat pulang dari masjid. Singkat kronologis kasusnya seperti itu, kasusnya juga sudah 1 tahun lebih baru terungkap.

    Yah, masih banyak kasus yang seperti itu yang terjadi di Negeraku. Pada intinya Negera ini seharusnya makmur dan Sentosa bila pemerintahnya tidak memandang suatu jabatan dari uang atau adanya kepentingan pribadi yang ingin dicapai. Korporat juga sebab naiknya mereka di sana. Negaraku juga bisa diibaratkan suatu perusahaan, pejabatnya banyak memiliki aset yang disewakan kepada rakyatnya.

     Kesimpulan aku pribadi sih, kalo Negara ini tidak memerlukan yang namanya pemerintah dan anjing pemerintah.
wildan mubaarak Minggu, Juni 14, 2020
Read more ...