Day 1
Sore sudah mulai meredup, arlojiku juga sudah menunjukan pukul 16.15 tepat disaat aku sedang mengikuti sebuah acara pelepasan untuk menuju gerbong perjalanan yang jauh.
Mataku sudah tak lagi bisa menahan kantuk setelah seharian perjalan dari Pontianak ke Jakarta. Momen yang sudah kutunggu sejak lama untuk mengikuti kegiatan di luar tempat tinggalku hingga tercapailah hari ini. Hari dimana aku mengikuti Peace Train Indonesia yang ke -11, lelah ku selama perjalanan terbayar dengan menikmati setiap detil perjalanan yang kuabadikan di kameraku.
Semoga esok hari aku mendapatkan yang jauh berkesan dari hari ini.
Day 2
Subuh ketemu subuh, lumayan melelahkan untuk sebuah perjalanan. Terlepas dari semua itu banyak hal yang bisa ditemui di sepanjang perjalanan menuju kabupaten Temanggung, bersama teman-teman peserta dan panitia Peace Train Indonesia.
Melewati beberapa jalur curam menggunakan bus, saya akui supirnya jago hehe. Bagaimana tidak jalur yang hanya bisa dilewati oleh satu mobil dapat dilalui dengan mudahnya oleh supir bus kami.
Sesampainya dilokasi tepatnya desa krecek kami disambut hangat oleh penduduk desa dengan disuguhi jahe hangat, minuman yg pas untuk cuaca dingin di desa dan bus (dingin sehingga membuat perut saya mual).
Kami dibagi untuk menginap di rumah warga desa 1 rumah terdapat 2 org peserta yang diinapkan setelah itu kami diantar ke rumah warga yang telah dibagi panitia. Sesampainya di rumah warga saya dan Richard berbincang sedikit mengenai desa krecek, ternyata warga desa krecek mayoritas berprofesi sebagai bertani dan berkebun dengan komoditas utama kopi berjenis arabica, namun ada beberapa juga yang memelihara hewan ternak seperti kambing dan sapi.
Seselesainya berbincang kami beristirahat menunggu fajar tiba untuk melanjutkan kegiatan di pagi hari.
Pagi, suasana dingin nan segar menyelimuti tubuhku. Di sambut dengan kopi khas temanggung beberapa saat setelahnya kami bergegas mandi untuk mengikuti kegiatan selanjutnya.
Day 3
Setiap jengkal yang ditapaki selalu bermakna. Demikian perasaan yang didapat untuk perjalanan kali ini, menyusuri seluk luar temanggung. Destinasi pertama yakni Gereja Santo Yosef Temanggung, kami tiba sekitar jam 11an dengan melewati jalur curam di kiri dan kanan dengan pemandangan perbukitan nan indah. Setibanya kami di Gereja kami disambut Romo Fajar lalu kami memasuki Gereja yang berasitektur bawah jembatan dengan makna sebagai jembatan penghubung antara manusia dan Tuhannya setelah melewati beberapa penjelasan mengenai Agama Katolik dan Gerejanya satu fakta unik yang dijelaskan oleh Romo Fajar bahwa nama lengkap Romo ialah Ibnu Fajar Muhammad.
Kami melanjutkan perjalanan ke PCNU Kabupaten Temanggung di sana kami dijelaskan tentang preventif Covid-19 dengan dilanjutkan mengudara di Santika FM (Masih satu gedung) untuk semua peserta Peace Train Indonesia, setelahnya kami berangkat ke Klenteng tak jauh dari PCNU Temanggung ternyata kami sudah ditunggu oleh pengurus Klenteng Tri Dharma Cahaya Sakti.
Setelah 30 menit penjelasan mengenai Agama Konghucu kami beranjak pergi ke komunitas penghayat Sapto Darmo daerah Temanggung yang merupakan salah satu komunitas penghayat yang ada di temanggung, fyi Sapto Darmo berasal dari Pare.
COMMENTS