Hari ini menjadi momen bersejarah bagi Indonesia tercinta. Dua peristiwa penting yang akan dikenang oleh seluruh rakyat—purna tugas dan pelantikan—berlangsung bersamaan. Dengan adanya purna tugas seorang pemimpin dan penggantian oleh sosok baru, kita berharap ada perubahan arah bagi bangsa ini yang lebih terarah dan berkesinambungan. Meskipun banyak kebijakan yang hanya melanjutkan tradisi pemimpin sebelumnya, secara umum perkembangan bangsa ini terbilang lambat, dipengaruhi oleh berbagai penyelewengan yang terjadi baik dari masyarakat maupun penyelenggara negara, yang menjadi hambatan bagi Indonesia untuk menjadi negara maju.

Menggenggam kembali dua periode kepemimpinan Jokowi, berbagai polemik muncul akibat banyak kebijakan yang anti-rakyat, serta pengabaian terhadap demokrasi dan hak asasi manusia. Di akhir masa jabatannya, beberapa prinsip konstitusi juga dilanggar, dimulai dengan pengesahan Undang-Undang Cipta Kerja (Omnibus Law) pada November 2020. Undang-undang ini bertujuan menarik investor dengan menciptakan lapangan kerja melalui rezim upah murah yang berdampak negatif terhadap hak-hak pekerja dan memberi kemudahan bagi perusahaan untuk mengeksplorasi dan mengeksploitasi lingkungan.

Setahun kemudian, Mahkamah Konstitusi menyatakan bahwa peraturan tersebut cacat dan perlu diperbaiki dalam waktu dua tahun. Namun, pemerintah justru mengakali ini dengan menerbitkan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang Cipta Kerja pada Desember 2022, yang kemudian disahkan menjadi undang-undang oleh DPR.

Tak hanya Omnibus Law, kita juga tidak bisa melupakan pelemahan KPK, Undang-Undang Transaksi Elektronik (ITE), penanganan pandemi Covid-19 yang buruk, intervensi kekuasaan, perubahan undang-undang yang kontroversial, krisis keterbukaan informasi, dan banyak lagi penyimpangan yang terjadi. Kebijakan-kebijakan ini cenderung memprioritaskan kepentingan oligarki daripada rakyat, sehingga perubahan yang signifikan sulit terwujud karena kekuatan ekonomi dan politik terkonsentrasi pada segelintir elite.

Pergerakan Jokowi sebenarnya telah terdeteksi oleh Jeffrey A. Winters saat sebelum ia menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta dalam jurnalnya, "Oligarchy and Democracy in Indonesia." Jeffrey A. Winters

Saat ini, Indonesia membutuhkan pemerintahan yang berpihak pada rakyat. Agenda utama pemerintah harus mencakup redistribusi ekonomi, perlindungan lingkungan, serta jaminan perlindungan dan penghormatan terhadap hak asasi manusia. Semoga kebijakan yang diambil ke depan lebih mengutamakan kepentingan rakyat dan bangsa.


"Leiden is Lijden."

- K.H. Agus Salim

wildan mubaarak Minggu, Oktober 20, 2024
Read more ...



Adakah manusia gagal di bumi ini?
Bagaimana bisa manusia disebut gagal?
Apakah aku gagal?


Pertanyaan-pertanyaan yang seringkali membentur kepalaku setiap malam juga seringkali memaksaku untuk terus terjaga hingga akhirnya lelah dan terlelap, sulit untuk menerima kenyataan bahwasannya kegagalan demi kegagalan terus saja berdatangan menghantui pikiran, menggerogoti mental bak halnya kanker, kulalui hal tersebut tanpa ada cerita ke orang lain. Berangsur waktu diri ini mulai menerima sedikit demi sedikit kenyataan yang datang.

Kegagalan momok menakutkan bagiku, jujur saja dengan adanya kegagalan menurunkan kepercayaan diriku di sisi lain aku percaya kita semua punya jatah gagalnya masing-masing tentu dengan mengalami banyak kegagalan secara otomatis kita mengurangi jatah gagal kita. Kita tidak tau berapa banyak jatah gagal yang sudah ditakar untuk kita, tugas kita hanya mencoba dan terus mencoba dengan begitu setidaknya kita punya keberanian untuk mencoba apa yang kita takuti.


 

“Saya belum pernah gagal. Saya baru saja menemukan 10.000 cara yang tidak berhasil."

- Thomas Alva Edison



Sedari dulu kita didikte jika gagal merupakan aib hingga akhirnya kita selalu merasa takut untuk mencoba padahal secara fundamental kata gagal seharusnya tidak memiliki makna berarti, kata gagal hanya diciptakan sebagai antonim dari kata sukses. Banyak cerita kesuksesan yang kita dengar dan baca tapi apakah kita melakukan hal serupa untuk kegagalanya? Tidak, untuk beberapa orang iya.

Terus mencoba adalah kunci, tidak ada yang namanya manusia gagal di alam semesta ini semua tergantung pola pikir kita, apakah kita ingin terus terpuruk dan menderita atau sebaliknya? Hapus kata gagal dari pikiran kita, manusia sejatinya diciptakan untuk berhasil dalam kurun waktu yang berbeda-beda, dengan banyaknya mencoba kita dipersiapkan untuk meraih apa yang menjadi tujuan kedepannya.


wildan mubaarak Sabtu, Juni 22, 2024
Read more ...