Semua Terasa Gelap, Apa yang Sebenarnya Terjadi di Dalam Diri Kita?


Pernahkah kamu merasa berjalan begitu jauh, namun entah sejak kapan arah itu menghilang? Seperti melangkah di lorong gelap yang sunyi, di mana suara hatimu sendiri pun terasa semakin pelan. Ada hari-hari ketika semuanya tampak baik-baik saja dari luar, tetapi di dalam, ada bagian diri yang perlahan meredup—seakan tujuan yang dulu pernah membakar semangat kini hanya tinggal bara kecil. Kita jarang membicarakannya, mungkin karena takut terlihat lemah, atau karena bahkan kita sendiri tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Dalam dunia psikologi kondisi tersebut berkaitan dengan Purpose depletion.

Purpose depletion merupakan kondisi ketika seseorang merasa kehilangan tujuan dan arah untuk menjalani hidup. Fenomena ini tidak hanya berkaitan dengan kelelahan fisik, tetapi lebih kepada merosotnya motivasi intrinsik yang membuat seseorang merasa kosong, tidak terhubung dengan apa yang dikerjakan, dan tidak lagi memiliki dorongan internal untuk bergerak maju. Dalam kehidupan modern yang penuh tekanan, kompetisi, dan tuntutan produktivitas, kondisi ini semakin sering muncul sebagai bentuk kelelahan psikologis yang bersifat mendalam.

Self-Determination Theory (SDT) yang dikembangkan oleh Edward L. Deci dan Richard M. Ryan memberikan perspektif yang relevan untuk memahami mengapa purpose depletion terjadi. Dalam teori ini, manusia memiliki tiga kebutuhan psikologis dasar yang harus terpenuhi agar motivasi intrinsik dapat berkembang secara optimal, yaitu otonomi, kompetensi, dan relasi. Ketika salah satu atau beberapa kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, individu lebih rentan mengalami penurunan motivasi dan pada akhirnya masuk ke dalam kondisi purpose depletion.

Otonomi, perasaan memiliki kendali atas pilihan dan tindakan yang dilakukan. Purpose depletion sering muncul ketika individu menjalani aktivitas yang tidak lagi mencerminkan nilai personalnya. Dalam kondisi ini, seseorang tidak lagi merasa memiliki tujuan tersebut, aktivitas yang semula bermakna berubah menjadi sekadar kewajiban yang melelahkan.

Kompetensi, perasaan mampu dan efektif dalam menghadapi tantangan. Ketika seseorang merasa stagnan, kurang dihargai, atau terus-menerus gagal memenuhi ekspektasi, rasa kompeten menjadi menurun. Akibatnya, kita mulai mempertanyakan makna dari tujuan yang dikejar karena tidak lagi merasa memiliki kemampuan untuk mencapainya.

Relasi, kebutuhan untuk merasa terhubung dan diterima oleh orang lain. Tujuan hidup sering kali memiliki konteks sosial yang kuat, sehingga ketika individu merasa terisolasi, tidak didukung, atau kehilangan hubungan bermakna, tujuan tersebut kehilangan bobot emosionalnya. Keterputusan ini membuat seseorang merasa berjalan sendirian, sehingga motivasi internal melemah dan arah hidup menjadi kabur.

Purpose depletion bukan sekadar hilangnya tujuan, melainkan manifestasi dari ketidakmampuan lingkungan atau pengalaman hidup untuk mendukung pemenuhan ketiga kebutuhan dasar tersebut. Lingkungan yang penuh tekanan, ekspektasi eksternal yang berlebihan, kurangnya ruang untuk mengambil keputusan, dan minimnya hubungan suportif dapat membentuk kondisi di mana motivasi intrinsik tergerus perlahan.

Namun, purpose depletion bukan kondisi permanen. Memulihkan otonomi dapat dilakukan dengan mengatur ulang prioritas, menyelaraskan kembali aktivitas dengan nilai diri, dan memberi ruang bagi pilihan yang lebih otonom. Meningkatkan kompetensi dapat dicapai dengan mencari tantangan yang realistis, mengembangkan keterampilan baru, serta menghargai kemajuan kecil yang dicapai. Sementara itu, memperkuat relasi dapat dilakukan dengan membangun hubungan yang suportif, mencari komunitas yang relevan, dan membuka diri terhadap dukungan emosional.

Jika kita tarik benang merahnya, purpose depletion adalah sinyal penting bahwa kebutuhan psikologis dasar tidak terpenuhi. Dengan menggunakan perspektif Self-Determination Theory, kita dapat memahami bahwa menemukan kembali tujuan bukan hanya tentang merumuskan target baru, tetapi tentang menciptakan kondisi psikologis yang mendukung pertumbuhan motivasi intrinsik. Ketika tiga komponen SDT kembali terpenuhi, kita dapat menemukan makna, arah, serta tujuan hidup yang lebih autentik dan berkelanjutan.

1 komentar: