Sore itu mendung dengan angin yang cukup kencang, terlintas olehku untuk keluar rumah karna aku sudah mulai suntuk terkurung dalam rumah (ya walaupun emang dasarnya aku yang suka mengurung diri). Aku mulai bergegas mandi setelah 2 hari aku tidak mandi untuk kebutuhan semediku di kamar (emang dasarnya malas sih) bagiku mandi adalah satu kata yang aku sesalkan tercipta, mengapa harus ada kata mandi sih? Siapa penemunya? Bagaimana itu bisa tercipta? Kata “mandi” terlalu sensitif buatku.

Namaku Landu atau orang biasa memanggilku Andu (panggilan semasa kecilku) aku lahir dan dibesarkan dalam lingkungan keluarga yang sederhana, sedari kecil orang tuaku selalu menanamkan nilai welas asih kepadaku, katanya kalau kita hidup dengan welas asih hidup kita bakalan punya banyak teman. Mungkin sekilas saja tentangku selebihnya bisa tanya ke penulis ya, hehe. 

Selepas aku mandi lalu pergi dengan sepeda motor yang sudah kupakai sejak zaman kuliah dan itu motor pertama dalam hidupku, tujuan utamaku ke warung kopi atau biasa disingkat warkop langganan yang setiap kali aku keluar pasti selalu singgah ke situ. Ternyata Higa salah satu temanku sudah sampai duluan di warkop.

“Udah lama Ga?” tanyaku singkat

“Lumayan laa, ada kali setengah jam, dari mana kau?” jawabnya

“Rumahlah” jawabku singkat

Higa selalu asik dengan game di gawainya sehingga kerapkali aku terabaikan untuk mengajaknya bicara, tidak jarang pun aku mengabaikannya saat-saat kerjaanku menumpuk. Kami berteman sejak lulus SMP walaupun berbeda SMA, kami bertemu lagi di bangku perkuliahan.

Tak lama kemudian aku duduk di depan Higa, seperti biasa kami hanya berdua duduk di warkop dari petang hingga menjelang tengah malam. Entah mengapa menjelang jam 9 malam tak biasanya Higa pulang lebih dahulu tanpa memberi alasan.

“Du, aku duluan ya” ujarnya

“Lah tumben njir, biasa juga sampe subuh haha” jawabku dengan nada bercanda

Higa bergegas dari tempat duduknya lalu pergi meninggalkanku sendiri di warkop.

Selang beberapa menit Higa pergi datang seorang wanita sendirian tak kebagian tempat duduk lalu seorang pelayan meminta izinku agar wanita itu duduk bersama satu meja denganku, tanpa berpikir panjang aku mempersilahkannya karena aku juga kebetulan sendiri di meja itu. Kami berdua hanya saling menatap dan sibuk dengan urusan kami masing-masing dia dengan tugasnya dan aku dengan gawaiku.

Tetiba sejam sebelum aku pulang wanita itu menjulurkan tangannya untuk bersalaman.

‘Namaku Kiran”

“Aku Landu panggil aja Andu” jawabku sambal meraih tangannya

Kami pun saling berbincang membahas latar belakang kami, kagetnya aku ketika tau bahwa dia juga pernah sekolah di tempat yang sama denganku namun berbeda Angkatan, saking asiknya kami mengobrol tak terasa udah jam 23.30 dan aku pun melupakan niatku pulang saat itu.

Perbincangan kami diakhiri dengan saling bertukar Instagram…