Jalan – jalan yang penuh darah
Yang mendadar jasad – jasad
Yang saling ingkar
Alakadarnya
Jalan – jalan itu akan kuncup dan mekar
Kutakar – takar
Nyatanya sukar ditakar
Kupilah – pilah
Nyatanya susah dipilah
Kukoar – koar
Nyatanya makin berkobar
Jalan – jalan yang penuh darah
Lebih amis dari neraka
Batok – batok kepala
Pria – pria yang mati diterkam saudara
Serumah
Kanak – kanak menangis
Sebab bapaknya hanya tinggal nama dirumah
Istri – istri pontang panting mencari rezeki
Menggantikan suaminya yang mati
Sore tadi .....
Semua malam menjadi kliwon suram
Subuh – subuh menjadi kesepian
Tanpa kegigilan
Pagi – pagi meringkuk pada tangisan
Mentari menanti kapan aku bisa bersinar
Di mata kedamaian
Awan – awan putih bolak – balik dan bertanya
Sampai mana aku mampu melindungi
Hujan deras
Mengisahkan kerinduan dari turunan air mata
 Anak – anak yang merindukan mata
Sang ayah
Jalan – jalan dan kuingin
Menulis kembali tanpa darah
Dan memakai damai tanpa henti