Berbicara
mengenai feminisme tidak sah rasanya hanya menyangkut mengenai wanita namun
feminisme juga berkaitan dengan pria, dasar dari feminisme juga tidak memiliki
arti tunggal yang mana feminisme memiliki berbagai makna luas. Hal ini
merupakan suatu pokok bahasan yang ramai diperbincangkan dimulai dari tahun
1848 hingga sekarang. Mengapa feminisme bertahan hingga sekarang? Pertanyaan
ini membentur dalam benak kita karena lama waktunya yang bisa saja hilang di
awal atau di tengah perjalanan sejak pemikiran ini muncul.
Baiklah
feminisme bergerak dinamis maka dari itu isu ini bertahan hingga sekarang,
banyak hal yang bisa kita ketahui mengenai isu ini karena banyaknya relevansi
yang langsung bersentuhan dengan kehidupan kita sehari-hari. Feminisme memiliki
satu kata yang paling terkenal dikalangan aktivis perempuan yaitu Patriarki.
Patriarki merupakan
sebuah sistem sosial yang menempatkan laki-laki sebagai pemegang kekuasaan
utama dan mendominasi dalam peran kepemimpinan politik, otoritas moral, hak sosial
dan penguasaan properti, singkatnya hanya kaum prialah yang berkuasa di atas kaum
wanita, mereka menganggap wanita adalah The Second Sex (dalam buku The
Second Sex, Simone de Beauvoir) dalam kehidupan sehari-hari. Istilah yang
merupakan anggapan wanita adalah The Second Sex yang paling membudaya ialah
“ Dapur, Sumur dan Kasur “ istilah ini digunakan agar wanita tidak lepas dari
pekerjaan rumah dan beberapa kaum pria beranggapan wanita tidak relevan untuk
bekerja selain mengacu pada istilah di atas.
Banyak referensi
yang menentang kebijakan Patriarkis tersebut namun yang paling terkenal terdapat
pada gelombang feminisme ke-II yaitu buku The Second Sex karya Simone de
Beauvoir dan The Feminine Mystique karya Betty Friedan, buku dari Betty
Friedan merupakan cikal bakal lahirnya Feminisme Gelombang ke-II.
Kedua buku tersebut
membahas tentang Gambaran keluarga konjugal sempurna yang dikampanyekan dengan
kuat pada saat itu, ia menulis di bukunya, tidak mencerminkan kebahagiaan dan
malah agak merendahkan bagi perempuan, buku ini juga menentang acara televisi Father
Knows Best dan Leave It to Beaver mengidealkan kerumahtanggaan, menempatkan
perempuan dalam lingkup tertutup di mana mereka hanya diharapkan untuk memenuhi
peran ibu rumah tangga dan istri.
Agaknya untuk
memutus budaya seperti ini yang menganggap terjadi ketimpangan atau ketidaksetujuan akan konsep patriarkis, kita wajib memperjuangkan untuk persamaan hak semua orang (Equal Rights).