Haruskah kita mempertahankan idealisme kita setelah berbagai liku kehidupan mahasiswa yang kita lalui ?, begitu terbesit dalam benak mengenai idealisme yang semakin menipis sejak kita lulus dari sebuah kampus dan memasuki dunia kerja, dalam dunia kerja kita mungkin saja lupa dengan latar belakang kita sebagai aktivis kampus atau aktivis organisasi tertentu yang menjunjung tinggi rakyat kecil sebagai parameter dalam permasalahan kehidupan bernegara dan pemerintahan yang harus dikritisi karena kebijakannya yang kadang menyeleweng dari nilai – nilai demokrasi. 

Ini sesuatu yang sangat menarik untuk dikaji, mempertahankan idealisme dalam diri seseorang adalah hal yang sangat diperlukan apalagi sudah masuk dunia kerja, semisal kita bekerja pada pemerintahan atau pada suatu perusahaan.

Posisi vital pada pemerintahan misalnya, idealisme kita yang sudah tertanam dalam diri kita harus dijunjung tinggi karena itu sangat membantu mengkritisi pemerintahan yang mungkin sedang menyeleweng dari jalan demokrasi yang adil dan makmur, namun sekarang aktivis yang duduk di kursi vital pemerintahan tidak banyak yang masih menjujung nilai – nilai idealisme mereka yang saat mahasiswa sangat mereka junjung tinggi hingga turun kejalan untuk aksi menentang kebijakan – kebijakan yang menyeleweng, jika mereka menentang kebijakan tersebut posisi mereka juga akan terancam diturunkan.

Hal semacam ini patut kita hindari dimana kita yang dulunya sangat menjunjung tinggi nilai demokarsi luluh lantah karena jabatan yang kita pegang, justru karena jabatan kita tersebut kita harus memanfaatkannya untuk membuat pengaruh pada roda pemerintahan yang kita kritisi.

Jaga idealisme kita guna memperbaiki roda kehidupan bernegara agar terwujud pancasila sila kelima “ Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia “, menjadi idealis itu anugerah yang diberikan tuhan kepada kita agar kita tetap berlaku adil dan kritis dalam membangun pemerintahan.


" Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan "

- GIE