Idealisme beberapa mahasiswa sekarang kini tidak tergantung pada
nalar pemikiran mereka masing-masing namun pemikiran mereka merujuk pada
pemikiran-pemikiran yang berasal baik itu dari atasan atau pimpinannya
masing-masing Ormawa ( Organisasi Mahasiswa ). Hal ini dapat berdampak pada kehidupan
mahasiswa dengan pola pikir kritis menjadi mengikuti pimpinan yang pola
pikirnya cendrung memiliki kepentingan yang ingin diwujudkannya, kata
‘kepentingan’ disini patut kita garisbawahi dimana kata ini bisa menjerumuskan
mahasiswa yang belum kuat pondasi pendiriannya dalam dinamika kehidupan
mahasiswa, sistem ini dinamakan patronase politik.
Dalam beberapa keputusan oleh pimpinannya yang menurutnya bertolak
belakang dengan pemikirannya tidak bisa ditolak dengan gampangnya, hal ini
dikarenakan doktrin yang ditanamkan pada beberapa mahasiswa berbentuk patronase
politik dimana ada sebuah perjanjian atau ikatan yang terdoktrin pada saat masa
pengkaderan. Tentu ini menyebabkan beberapa mahasiswa kehilangan akal kritisnya
karena sudah terdoktrin dan manut atau menurut saja pada keputusan pimpinannya
tanpa adanya perlawanan,
Tuhan tidak mengubah nasib suatu bangsa sebelum bangsa itu mengubah nasibnya sendiri
- Bung Karno
Menjadi mahasiswa berarti membuka pola pikir kritis dengan mengubah
pola pikir dari masa SMA dan jalan menjadi mahasiswa, transisi ini merupakan
waktu yang rawan pada mahasiswa baru dalam menapaki jenjang perkuliahan. Bisa
saja doktrin-doktrin radikal atau yang berbahaya lainnya masuk ke dalam pola
pikir mereka, oknum-oknum yang memegang prinsip bahwa negara ini perlu diubah
strukturnya atau istilahnya dikenal
dengan nama paham radikalisme. Mahasiswa dituntut menjadi penerus bangsa dengan
berbagai pola pikir yang mereka miliki tentunya pola pikir di sini berlandaskan
pada diri mereka masing-masing.
Kita dituntut berpikir secara rasional, sistematis dan soluional tidak memandang masalah
hanya dari sudut pandang saja, perlu kita lihat dari sudut pandang yang lainnya
juga karena memandang masalah hanya dari satu sudut pandang tidak menjamin sudut
yang kita pandang benar melainkan akan membuat pola pikit kita terpaku hanya
dari sudut pandang. Ibarat kita melihat kapal dari sudut pandang yang
berbeda-beda akan melihatkan kita beberapa bentuk dan motifnya yang
berbeda-beda dan jika kita memandang hanya dari sudut depan saja atau dari
samping saja itu akan membuat kita terus terpaku pada satu bentuk atau motif
saja.
Berpikir besar kemudian bertindak - Tan Malaka
Mari kita bersama mengembangkan pola pikir kritis yang baik untuk
keberlangsungan demokrasi baik di kampus maupun ruang lingkup yang besar yaitu
di Indonesia tentunya dengan nalar pikir kita masing-masing dan tidak
bergantung pada seseorang yang kita anggap trend setter untuk kita.
Hanya ada 2 pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka
- Soe Hok Gie
COMMENTS